MADURANEWS.CO, Sampang- Angka putus sekolah tingkat sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP) di Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur, masih cukup tinggi. Terutama di sepanjang tahun 2020 hingga 2021 yang berbarengan dengan Pandemi Covid-19.
Data Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Sampang menyebutkan, sedikitnya 532 siswa SD dan 657 siswa SMP mengalami putus sekolah sepanjang tahun 2020 sampai 2021.
Kepala Disdik Kabupaten Sampang Edi Subianto mengatakan, persentase angka siswa putus sekolah tingkat SD dan SMP di Sampang masih berkisaran di bawah 1 persen. Itu sudah termasuk data dari Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Sampang. Jika dijumlahkan, kata dia, angka siswa yang putus sekolah di tingkat SD tahun 2020 sampai 2021 berada di kisaran angka 500-an sedangkan tingkat SMP berada di angka 600-an.
“Angka putus sekolah untuk 2020 SD 0,23 persen SMP 0,60 persen. Kemudian kalau lihat angka ini, profil ini kan gabungan dari Kemenag sama kita juga, bukan dari kita saja. Jadi kalau dari sisi jumlah angka putus sekolah 256 SD yang SMP angka putus sekolah 296, untuk MTs kosong. Sekarang di 2021 angka putus sekolah untuk SD 276, SMP 361,” rincinya.
Diungkapkannya, faktor naiknya siswa putus sekolah tahun 2021 tersebut karena adanya pembelajaran daring saat Pandemi Covid-19 yang menyebabkan orang tua siswa memilih anaknya ditaruh ke Pondok Pesantren.
“Kalau ini naiknya karena memang kemarin Covid-19. Covid itu, masyarakat kita ini kan belum terbiasa dengan pola pembelajaran jarak jauh (daring). Jadi, pembelajaran yang jarak jauh yang kemudian anaknya di rumah itu kecenderungannya kemarin itu banyak yang putus, ada yang lari ke pondok. Jadi agak risih kalau di rumah, padahal itu ada pembelajaran gitu loh, itu yang menjadi faktor kenaikannya,” ungkapnya.
Selain itu, Edi juga menuturkan kalau angka siswa SD dan SMP yang mengulang di tahun 2020 sampai 2021 mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Rata-rata angka kenaikannya untuk SD berkisaran di angka 500-an dan yang SMP 118 siswa. Ketidakaktifan siswa masuk sekolah dan syarat formal yang tidak terpenuhi adalah sebagian penyebab dari tingginya siswa yang mengulang.
“Angka siswa yang mengulang pada SD sebanyak 1.052 di tahun 2020, salah satu faktor mengulangnya bisa jadi karena tidak aktif sehingga nilainya tidak memenuhi untuk bisa dinaikkan atau mungkin karena kemampuannya masih rendah. Sedangkan untuk SMP yang mengulang 195 (siswa) di tahun 2020 (tahun) pelajarannya, 2020/2021 angka ini jatuh di 2020. Ini 2021/2022 angkanya jatuh di 2021 kan begitu. Sekarang untuk yang 2021 SD yang mengulang naik (jadi) 1.629 (siswa), terus kemudian SMP-nya naik juga 313 (siswa),” tuturnya.
Menurutnya, salah satu faktor terjadinya pengulangan tersebut karena syarat formalnya untuk naik kelas, tidak terpenuhi. “Yang jelas sekolah itu tidak mau mengambil resiko kalau memang tidak memenuhi syarat formal itu tidak dinaikkan, kenapa? Karena pertimbangannya nanti di kelas yang lebih tinggi akan lebih berat beban guru,” tukasnya. (raf/lum)