MADURANEWS.CO, Sampang- Sedikitnya 5.261 ruang kelas sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP) di Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur, mengalami kerusakan. Itu mulai dari rusak berat, sedang, hingga ringan.
Data Neraca Pendidikan Daerah 2020 menunjukkan, kondisi ruang kelas SD yang rusak berat sebanyak 380, rusak sedang 696 dan rusak ringan sebanyak 2.785 ruangan. Sementara untuk ruang kelas SMP yang rusak ringan sebanyak 970 ruangan, rusak sedang 281 ruangan dan rusak berat 149 ruangan.
Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Sampang Edi Subinto mengatakan, sarana dan prasarana (Sarpras) di SD tahun ini memang banyak yang sudah tidak layak huni. Itu disebabkan oleh umur bangunan yang memang sudah sangat tua. Sebab, dulu gedung SD itu dibangun dan disediakan pemerintah untuk anak-anak di daerah terpencil dan kawasan perkotaan yang penduduknya berpenghasilan rendah, atau juga sering disebut dengan SD Inpres atau sekolah kecil.
“Iya, kalau Sarpras itu khususnya fisik gedung memang di tahun-tahun ini SD banyak yang rusak. Kenapa? Karena SD itu dibangun waktu Inpres. Jadi dulu ada yang namanya SD Inpres, jadi itu gedung dibangun waktu SD Inpres untuk menuntaskan wajib belajar SD. Itu bukan 9 tahun lho ya, tapi SD,” katanya.
Menurutnya, bangunan-bangunan itu sudah lebih dari 20 tahun berdiri di daerah Kota Bahari ini. Jika saat ini banyak yang rusak itu adalah suatu hal yang wajar karena memang sudah waktunya untuk direnovasi.
“Atau pada saat itu membangun prasarana SD Inpres itu. Lah itu terjadi di era (tahun) 80-an pembangunannya. Jadi saat ini memang waktunya untuk dibangun yang hampir berjalan 20 tahun lebih. Sehingga ketika ini terjadi sudah mulai rusak, sudah mulai waktunya direhab, perbaiki,” tambahnya.
Hanya saja, lanjut Edi, anggaran yang ada saat ini tidak mampu menjangkau perbaikan semua sarana dan prasarana SD yang rusak. Dia memperkirakan hanya hitungan jari yang dapat terjangkau pembangunan atau perbaikan.
“Dari sisi keuangannya tidak mampu menjaukau, dan hanya satu-dua yang bisa dibangun. Soalnya kadang-kadang gini mas, kalau nunggu APBD yang dari DAK ya memang terbatas, jadi tidak mampu menjangkau itu. Terus kemudian mengambil dari DAK itu kadang-kadang jumlah murid berkurang,” tuturnya.
Saat ini pihaknya mengaku hanya memiliki anggaran kurang lebih Rp 1 M yang apabila dipakai untuk membangun gedung mungkin hanya akan dapat memperbaiki 2 sampai 3 bangunan saja. Sedangkan lembaga yang ada di bawah naungan Disdik Kabupaten Sampang kurang lebih ada 568 lembaga pendidikan yang terbagi di tingkat SD dan SMP.
“Saya punya anggaran Rp 1 M bangun gedung. Kalau untuk rehab kalau (Rp) 200-an (juta) cuma dapat 5 (gedung sekolah). Gedung SD itu saya se-kabupaten itu 515, negeri lho ini, kalau SMP-nya cuma 53. Karena saya tahun ini DAK cuma dapat Rp 1 M sementara kebutuhannya banyak. Rehab saja kadang-kadang standardnya (Rp) 150 (juta) berapa gitu, kalau yang berat (Rp) 200 (juta) ke atas, bahkan lebih, itu satu ruangan saja,” pungkas Edi. (raf/lum)