MADURANEWS.CO, Madiun– Salah satu tantangan yang dihadapi oleh desa-desa di Indonesia ketika ingin mengembangkan desa wisata adalah kebingungan dalam mencari tema besar yang akan ”dijual”. Untuk menjawab persoalan itu, Universitas Airlangga (UA) Surabaya bekerjasama dengan Desa Kare, Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun menyelenggarakan workshop dengan tema “Menggali Kearifan Lokal untuk Pengembangan Wisata Desa.”
Workshop yang dilaksanakan di Balai Desa Kare pada 27 Juli 2023 tersebut diisi oleh salah satu pakar wisata UA Surabaya Rosyid Mujahidul Anwari dan diikuti oleh kader wisata dan kelompok sadar wisata (Pokdarwis) Desa Kare. Rosyid dalam pengantarnya memaparakan informasi umum, di antaranya peta dan destinasi wisata di Madiun, Peraturan Daerah Kabupaten Madiun yang mendukung pariwisata, serta definisi-definisi pariwisata, kebudayaan, dan kearifan lokal.
Menurut Rosyid, tantangan-tantangan yang harus dihadapi praktisi wisata desa adalah menjaga keasliannya, mengatasi kelestarian budaya, serta keseimbangan antara kebutuhan untuk komersialisasi dan penghormatan terhadap budaya.
Di sisi lain, dia juga menunjukkan peluang-peluang dalam pengembangan wisata desa, seperti menjadikannya sebagai pariwisata yang berkelanjutan, serta peningkatan kepuasan pengunjung melalui pengalaman unik khas budaya daerah.
”Hal tersebut akan menciptakan peluang peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah melalui peningkatan pendapatan masyarakat lokal yang tercipta dari spending para wisatawan, baik untuk makanan, akomodasi, souvenir, maupun transportasi,” jelasnya.
Sementara itu, lanjut dia, sedikitnya ada lima aspek warisan budaya yang bisa digunakan para praktisi wisata desa untuk mengembangkan wisata berbasis kearifan lokal. “Ada setidaknya lima aspek warisan budaya lokal, yaitu kesenian, bahasa, sistem pengetahuan, tradisi dan upacara adat, serta (terakhir) teknologi. Lima hal ini bisa menjadi pijakan nilai bagi para pengembang wisata lokal,” ringkasnya.
Kepala Desa Kare Sunarno mengaku mendapat banyak tambahan wawasan pengembangan wisata lokal dengan workshop tersebut. Lalu, dia menceritakan idenya untuk melakukan rencana tidak lanjut (RTL) workshop tersebut dengan legalisasi organisasi, melakukan FGD untuk penggalian budaya lokal, training advance bagi Pokdarwis, serta melakukan kolaborasi dan promosi.
“Dari workshop ini kami menjadi tahu tahapan selanjutnya dari pengembangan desa wisata, yaitu penguatan kelembagaan, pengembangan industri wisata, dan pemasaran wisata ke berbagai aktor dalam bisnis pariwisata,” akunya.
Dalam sesi penutupan, Dr Prihartini Widiyanti selaku ketua Tim Pengabdian Masyarakat Program Pengembangan Desa Binaan (PPDB) Ekowisata Berbasis Partisipatif-Kolaboratif UA Surabaya mengungkapkan bahwa keberadaan akadmisi merupakan circle penting dalam pengembangan desa wisata. Universitas bersama komunitas, pemerintah, media dan dunia bisnis harus kolaborasi dan bersinergi dalam mensukseskan pemasaran desa wisata.
”Kegiatan PPDB ini sudah masuk tahun ke-2. Kami berharap Universitas Airlangga lebih bisa memberi kontribusi pada desa mitra tidak hanya dalam bentuk berbagi ilmu, namun juga aksi nyata di lapangan demi ekowisata Kare, Madiun yang lebih berkualitas,” ungkapnya. (*/jay/lum)