MADURANEWS.CO, Sampang- Broken home atau orang tua yang bercerai berefek pada kenaikan angka putus sekolah di lingkungan Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur. Bahkan, broken home menjadi penyebab terbanyak putusnya sekolah anak di lingkungan Kemenag Sampang.
Kasi Pendidikan Madrasah Kemenag Sampang Wahyu Hidayat mengatakan, siswa putus sekolah atau yang bermasalah di bawah naungan Kemenag Sampang, paling banyak diakibatkan oleh rusaknya rumah tangga keluarganya. Ada juga yang berhenti sekolah karena diboyong orang tuanya ke luar daerah.
“Kalau madrasah kami rasa faktor yang paling dominan sepertinya broken home. Kemudian orang tua siswa yang notabene ada di Jawa, jadi akhirnya (anaknya) dibawa ke Jawa,” katanya.
Dia menjelaskan, perpisahan orang tua yang menjadi faktor utama siswa di madrasah berhenti sekolah. Kalau putus sekolah karena biaya, menurut Wahyu, sangat tidak mungkin karena lembaga pendikan yang berada di bawah naungan Kemenag Sampang sudah gratis semuanya.
“Tapi kalau putus sekolah karena faktor biaya insyaallah minim karena kita kan free tidak ada biaya apapun, (kalaupun ada biaya) itupun kecil kok. Kadang kala pisah antar orang tua, orang tuanya ada di Jawa (lalu anaknya) dibawa ke Jawa. Sepengetahuan kami untuk yang madrasah potensi itu yang kami ada,” jelasnya.
Ditanya jumlah siswa yang putus sekolah di lingkungan Kemenag Sampang, Dayat mengaku tidak bisa merincinya karena petugas operator aplikasi emis yang berisikan data total madrasah, siswa dan juga alumni, sedang bertugas di luar kantor.
“Kebetulan operator emis kebetulan lagi ke Robatal. Untuk mengetahui di aplikasi emis digital. Aplikasi kelembagaan yang di dalamnya berisi data siswa, data lembaga, terus lulusan alumni juga ada selama 3 tahun setelah mereka lulus,” tukasnya.
Adapun madrasah yang berada di lingkungan Kemenag adalah Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan Madrasah Aliyah (MA). (raf/lum)