MADURANEWS.CO, Sampang– Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur, kembali menerima audiensi Pengurus Daerah Aliansi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) setempat, terkait rencana relokasi pedagang di pasar Srimangunan ke pasar Margalela.
Audiensi diselenggarakan di ruang komisi besar dan dipimpin langsung oleh ketua DPRD Sampang, Fadol yang didampingi wakil dan anggota DPRD lainnya. Turut hadir dalam Audiensi itu Kepala Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskopindag) Chairijah, Ketua dan Sekretaris APPSI Sampang dan perwakilan pedagang pasar Srimangunan.
Anggota Komisi II DPRD Sampang, Agus Husnul Yaqin mengatakan, bahwa saran pihaknya di komisi II tahun-tahun sebelumnya sudah dilakukan. Dan Kepala bidang Pasar Diskopindag menurutnya adalah saksinya kalau dirinya memberikan saran terhadap Diskopindag. Ia meminta agar Diskopindag memanusiakan manusia, karena kalau sudah urusannya dengan perut, ini persoalannya sensitif. Selain itu, Ia juga mengaku kalau waktu itu dia juga sudah bilang ke Diskopindag, agar menyampaikan juga ke pedagang untuk jangan seenaknya sendiri.
“Dia sampai punya 8 kios, 9 kios, yang lain ngantri. Ini menjaga kemanusiaan kita. Artinya, kenapa ada pembiaran? Ketika sudah terjadi Overload seperti ini, apakah ini mau dibakar? Inikan tidak bisa,” katanya saat menerima audiensi APPSI Sampang bersama Diskopindag setempat, Jum’at (18/08/2023).
Ia juga mengungkapkan, kalau dirinya juga sudah pernah menyampaikan bahwa pedagang yang di pasar margalela itu juga harus dipastikan bukan pedagang yang sudah punya kios di Srimangunan.
“Itu sudah saya minta seperti itu, nyatanya terjadi pelambatan, pelambatan dan sebagainya,” ungkapnya.
Sementara Kepala Diskopindag Sampang, Chairijah menyampaikan, bahwa seharusnya yang lebih tau terhadap anggotanya dan pedagang di pasar Srimangunan itu adalah APPSI. Kemudian pedagang ilegal itu menurutnya kadang-kadang merupakan bawaan daripada mereka, bahkan diperdagangkan lokasinya walaupun itu kios. Itu menurut dia terlepas dari oknum yang ada di trans pihaknya.
“Mereka juga ingin melakukan niaga disitu untuk meraup rejeki. Disitu ada 1 orang yang memiliki sampai 5, bahkan ada yang los total 11,” ucapnya.
Kemudian Ia menjelaskan, kalau dirinya sangat mengapresiasi jika APPSI hadir sebelum-sebelumnya. Dan bukan saat akan melakukan relokasi dan penertiban seperti ini APPSI hadir, apakah itu keterlambatan.
“Disitu sebagai jembatan kami selaku pemerintah tidak mungkin petugas kami mampu akan turun secara total walaupun ada kepala pasar disitu fasilitasi tetap ada komunikasi,” tuturnya.
Sedangkan sekretaris APPSI Sampang, Moh Iksan Budiyono menuturkan, kalau pihaknya bukan anti program, dan kebijakan pemerintah. Pihaknya adalah penerima manfaat program dan apa yang menjadi kebijakan pemerintah. Khusus pasar, dirinya mengaku selain pelaku, dirinya juga penerima manfaat. Di pasar tidak semudah yang pihaknya harapkan. Karena menurut dia begitu pihaknya datang dan lihat pihaknya menang, bukan itu di pasar. Ada objekfitas permasalahan di pasar, regulasi, pengelolaan, dan sumber daya manusianya. Ada yang harus pihaknya pikirkan.
“Kalau hanya rujukannya pada pedagang yang tidak punya tempat, kita akan direlokasi, jawabannya setuju. Terkait dengan kami menunggak retribusi, menunggak kewajiban kami, kami meminta kewajiban, sebelum saya membayar kewajiban saya apa kewajiban pemerintah kepada saya?,” ujarnya.
Ia kemudian juga mengungkapkan, bahwa dirinya pasang badan di blok C2 kalau ada penarikan untuk membayar kontrak dan semacamnya, Ia mengaku menyuruh untuk jangan bayar, dan bilang kalau dirinya (Nono) yang suruh. Hal itu menurutnya bukan tanpa alasan Ia lakukan, namu karena banyak kewajiban pemerintah yang belum dipenuhi ke pihaknya.
“Pedagang yang 380 sekarang sudah meledak ke 800, siapa yang bermain? Apakah kita yang bermain? Apakah kita bisa bermain disitu? Setiap ada pedagang baru, kordinator pasar pasti tau itu, maka saya pasang badan disitu. Mana akses jalan, akses santai, bongkar muat, itu yang mereka tuntut dari awal. Setiap kami tuntut seperti itu, kami selalu dibenturkan . Bahkan kami tidak pernah berani mengatakan bahwa dipasar ada pasar niaga. Tidak, itu teman kita, itu yang harus dimanusiakan,” pungkasnya. (san)