MADURANEWS.CO, Sampang– Masih rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur, Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) setempat menilai pentingnya pembaruan data yang ada di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dispendukcapil) Kota Bahari.
Anggota Komisi I DPRD Sampang, Dedi Dores mengatakan, tidak adanya pembaruan data yang ada di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Bahari, masih menjadi salah satu faktor IPM Sampang masih Rendah. Ia menilai pentingnya sebuah Reformasi Data yang ada di Dispendukcapil. Karena menurutnya, Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bahari, mengambil data yang berkaitan dengan Pendidikan itu langsung daripada Dispendukcapil itu sendiri.
“Jadi sekarang itu berkaitan dengan pendidikan, sejauh ini kan yang menjadi permasalahan kan adalah data. BPS itu mengambil data Kabupaten Sampang daripada capil. Yang menurut hemat kami itu perlu ada pembaruan. Artinya ada berapa ribu orang di Kabupaten Sampang itu yang pendidikannya tidak diperbarui di Kartu Keluarga dan sebagainya,” katanya kepada maduranews.
Dedi kemudian mengungkapkan, penyebab masih rendahnya Indeks Pembangunan Manusia Kota Bahari salah satunya adalah belum diperbaruinya Pendidikan terakhir masyarakat Sampang di dalam Kartu Keluarganya. Karena menurut Dedi Diakui atau tidak masyarakat Kota Bahari saat ini tidak hanya lulusan Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) saja. Melainkan sudah banyak yang lulusan Strata 1, dan bahkan yang sudah Strata 2.
“Kebetulan saya di komisi I. Saya perhatikan data-data tersebut, rata-rata lulusan SD, SMP dan sebagainya. Sementara banyak sudah generasi-generasi kita mahasiswa, anak-anak muda kita yang sudah melek pendidikan, dan bahkan mereka sudah sampai S1 dan S2. Nah, kiranya itu yang harus diperbarui dulu, data di Kabupaten Sampang itu, terutama yang di capil. Karena ketika kita melihat dan kemarin Mereka-reka daripada data-data yang ada itu biang keladinya ya disitu,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Dedi menambahkan pentinya sebuah Sekolah Luar Biasa (SLB), agar orang disabilitas juga dapat mengenyam pendidikan. Karena sejauh ini menurut Dedi tidak sedikit orang disabilitas itu yang putus sekolah. Hal itu dikarenakan kurangnya Sarana dan prasarana buat mereka untuk dapat bersekolah.
“Kemudian peran aktifnya pendidikan di Kabupaten Sampang juga diimbangi dengan disabilitas. Itu SLB juga sedikit sekali, bahkan hanya ada beberapa, karena banyak juga orang-orang disabilitas itu yang putus sekolah karena mereka tidak menemukan tempat untuk bersekolah,” pungkasnya. (san)