MADURANEWS.CO, Sampang- Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur, Tahun 2022 Mengalami Kenaikan sebesar 5,27 persen dari tahun Sebelumnya.
Kabid Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Badan Perencanaan, Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappelitbangda) Sampang Didi Achmadi mengatakan, kalau ADHK Kota Bahari pada tahun 2022 mengalami peningkatan sebesar 5,27 dari tahun 2021.
Diketahui ADHK Kota Bahari, tahun 2022 sebesar 12,7 Triliun. Angka tersebut mengalami Peningkatan dari tahun sebelumnya, yang hanya bertengger di angka 12 triliun. Data tersebut menurutnya berdasarkan data yang dipatkan pihaknya dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sampang, beberapa waktu lalu.
Dia menuturkan alasan kenapa kenaikan ADHK ditahun 2022 itu terkesan cukup besar karena ADHK Kota Bahari ditahun sebelumnya itu ia nilai rendah. Kerendahan ADHK ditahun 2021 itu bukan tanpa alasan. Namun, menurut Didi dikarenakan Kota Bahari masih dalam penataan dan pemulihan ekonomi Pasca Pandemi Covid-19.
“Kita dapat data dari BPS itu tahun 2023. Kita memang naik ADHK-nya dari total yang tanpa migas itu 12 Triliun menjadi 12,7 triliun. Naik seperti ekonomi itu 5,27 persen,” katanya kepada maduranews, Senin (27/03/2023).
Dia menjelaskan bahwa PDRB itu ada 2, ada atas harga berlaku dan atas harga Konstan untuk pertumbuhan. Baik itu yang ekonomi, maupun sektoral yang menggunakan atas harga Konstan. Sedangkan untuk Kota Bahari sendiri secara kaidah menurutnya untuk pertumbuhan ia memakai harga Konstan.
“Untuk kabupaten Sampang, pertumbuhan itu menggunakan harga Konstan,” ungkapnya.
Selanjutnya, Didi mengungkapkan kalau di Kota Bahari Minim migas. Sekalipun itu ada, menurutnya itu bukan punya Sampang, melainkan Provinsi. Dan pendapatan dari migas tersebut tidak masuk ke Kota Bahari, karena Sampang sendiri hanya kecipratan sedikit dari adanya migas tersebut.
Sehingga setelah dirinya berkonsultasi dengan BPS Sampang beberapa tahun lalu, ia menilai Kota Bahari itu jauh lebih baik jika menggunakan Pertumbuhan Ekonomi Tanpa Migas (Non Migas), daripada menggunakan Migas.
“Sampang ini lebih pasti menggunakan yang non migas. Karena kalau Pakai yang dengan migas, itu memang ada kontribusi, tapi perkembangannya susah ditebak. Dan di Sampang aktivitas migas bisa dibilang minim, beda dengan Bojonegoro yang punya migas. Kalau di Sampang punyanya Provinsi, jadi tidak masuk kesini kan (Hanya kecipratan sedikit, red),” pungkasnya. (san)