MADURANEWS.CO, Sampang- Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur, menilai pentingnya pembangunan waduk besar untuk wilayah-wilayah tanah tadah hujan di Kota Bahari. Hal itu dinilai penting untuk mensurpluskan pendapatan disektor pertanian, terutama ditanaman padi.
Wakil ketua komisi II DPRD Sampang, Alan Kaisan Mengatakan, pentingnya Pemerintah daerah Kota Bahari memperhatikan petani-petani yang ada di Sampang. Perhatian itu bisa berupa penambahan anggaran untuk sektor pertanian, dan juga dalam Alsintan. Karena sebagian besar petani di kota Bahari menurutnya saat ini sudah banyak yang meninggalkan alat-alat pertanian yang bersifat konvensional dan beralih ke mesin.
“Iya yang harus di dukung, kalau sektor pertanian itu salah satu penunjang utama ekonomi kabupaten Sampang, iya salah satunya adalah anggaran sektor pertanian harus ditambah” katanya kepada maduranews, Senin (20/03/2023).
“Kemudian yang kedua pertanian di Sampang ini memang harus diseriusi. Dan masukan kami sudah beberapa kali disampaikan diwaktu rapat banggar, hearing dengan dinas pertanian. Yang ketiga, ini sudah modernisasi. Yang dianggap modernisasi itu sekarang petani-petani yang konvensional itu sudah modernisasi,” imbuhnya.
Dia kemudian mengungkapkan kalau 15 ribu dari 20 ribu hektar tanah yang ada di Sampang itu merupakan tanah tadah hujan. Kalau pemerintah ini memang mau serius, maka tanah yang tadah hujan itu harus dibuat bendungan besar, waduk untuk bagaimana bisa mengaliri lahan yang tadah hujan tersebut. Sehingga dia menilai pendapatan masyarakat dari sektor pertanian itu akan meningkat.
Karena saat ini menurut Alan, rata-rata masyarakat petani kota Bahari itu disebagian saja yang bisa menanam padi sampai 2 kali. Sedangkan sebagian besarnya hanya bisa menanam dan panen 1 kali dalam satu musim, dikarenakan pengairan pertaniannya masih bergantung pada hujan.
Dengan petani bisa panen sampai 2 kali dalam semusim maka kebutuhan konsumsi beras kita yang tinggi akan bisa tercukupi dan akan bisa lebih survlus ke petani, karena bisa menjual gabah atau berasnya, dan bisa menambah pendapatan rumah tangganya. Pertambahan pendapatan masyarakat tersebut juga akan berpengaruh pada peningkatan pertumbuhan ekonomi di Sampang, yang saat ini juga menurut Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), pertanian masih menjadi pemuncak penyumbang peningkatan ekonomi di Sampang.
“Sektor pertanian itu kan 20 ribu lahan kita itu adalah sawah. Tapi yang 5 ribu adalah perairan, kemudian yang 15 ribu itu adalah tadah hujan, itu 20 ribu sekian. Nah kemudian, hampir 20 ribu, kalau tidak salah 15 ribu berapa itu tegalan,” ungkapnya.
Terakhir ia menuturkan kalau orang mau panen padi saat ini sudah mulai memakai mesin dalam memanen padi. Dan yang harus diperhatikan sekarang menurutnya adalah mesin itu cukup apa tidak, untuk wilayah-wilayah tertentu. Kalau tidak cukup bisa ditopang dianggarkan. “Kalau tidak cukup disitu maka perlu ada terobosan. Dana desa itu bisa dipakai untuk pengadaan alsintan sesuai dengan kebutuhan di wilayah masing-masing desa,” ucapnya.
Saat disinggung masyarakat yang masih mendatangkan dari luar Sampang Alsintan berupa Comben untuk panen padi, Alan menyampaikan kalau Pemkab Sampang mampu untuk pengadaan Comben tersebut. Namun hanya 1 sampai 2 unit saja, dan itupun juga dinilai belum cukup untuk 20 ribu hektar sawah yang ada di kota Bahari.
“Kalau comben pemerintah sebenarnya bisa. Tapi kalau dianggarkan 1 – 2 itu tidak cukup. Karena 1 comben itu sekelas yang sedang itu bisa Rp 350 sampai Rp 400 juta satuannya. Nah itu bisa panen padi sekitar 20-30 hektar dalam 1 musim panen. Nah kalau untuk mencukupi sekian puluh ribu hektar, tidak mungkin pemerintah itu mengalokasikan anggaran untuk comben itu,” pungkasnya. (san)