MIMBAR ASPIRASI– Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sampang Rudi Kurniawan mengkhawatirkan nasib bahasa Madura di masa-masa mendatang. Pasalnya, generasi muda di Sampang secara gradual mulai meninggalkan penggunaan bahasa Madura dalam kehidupan sehari-hari.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Sampang merilis hasil sensus mendalam atau long form sensus penduduk (SP) pada tahun 2020, menyebutkan bahwa generasi Z, post Z dan milenial berada di urutan bawah dalam penggunaan bahasa Madura di internal keluarga dan saat berinteraksi dengan tetangga-kerabat. Meskipun angkanya masih di atas 90 persen namun fenomena itu cukup mengkhawatirkan untuk jangka panjang.
Oleh karena itu, politisi Nasdem itu mengingatkan semua stakeholder agar mulai mengantisipasi fenomena tersebut dengan membuat langkah-langkah yang bisa membuat generasi muda Madura, terutama Sampang tetap aware dengan bahasa Madura. Generasi muda perlu diberi pemahaman bahwa bahasa Madura adalah bahasa leluhur yang mengandung kearifan lokal sehingga perlu terus dilestarikan.
”Terutama kepada Disdik dan Dispora agar segera menyikapi fenomena tersebut dengan membuat langkah-langkah konkrit (tentang) bagaimana caranya agar generasi muda kita tetap cinta bahasa Madura. Ini sangat penting untuk menjaga nilai-nilai kearifan lokal,” ujarnya.
Kendati demikian, dia tetap mendorong para generasi muda agar bisa menguasai bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan persatuan. Bahkan, kata dia, mereka juga perlu menguasai bahasa asing, terutama bahasa Arab dan Inggris. ”Artinya dengan tidak meninggalkan bahasa Madura bukan berarti kita lantas acuh ta acuh pada bahasa Indonesia dan bahasa asing populer seperti bahasa Inggris dan Arab,” ucapnya.
Generasi Z-Post Z Paling Sedikit Gunakan Bahasa Madura
Sebelumnya, Koordinator Sosial BPS Sampang Wahyu Wibowo menjelaskan bahwa berdasarkan hasil sensus long form SP2020, sebesar 98,44 persen penduduk Sampang menggunakan bahasa Madura saat berinteraksi dengan tetangga dan saat berinteraksi dengan keluarga sebanyak 98,69 persen.
Sedangkan penduduk Sampang yang bisa menggunakan bahasa Indonesia masih berkisar di angka 84,57 persen. Dengan demikian, bahasa daerah masih menjadi bahasa utama penduduk Sampang dalam berinteraksi dengan keluarga dan tetangga ataupun kerabat.
“Hasil Long Form SP2020 kemampuan berbahasa Indonesia di Kabupaten Sampang sebesar 84,57 persen, untuk penggunaan bahasa daerah (Madura) sebesar 98,69 persen untuk sesama keluarga dan 98,44 persen dalam pergaulan dengan tetangga,” katanya, Selasa (28/02/2023).
Hanya saja, saat dirinci berdasarkan umur dan kategori generasi maka generasi muda terpotret paling sedikit menggunakan bahasa Madura dibandingkan dengan generasi pendahulunya. Yakni, persentase penduduk Sampang dengan penggunaan bahasa Madura di keluarga didominasi babyboomer (99,32), disusul generasi X (99,19), generasi Z (99,01), milenial (98,96), pre boomer (98,88) dan post generasi Z (96,31). Sedangkan persentase penduduk Sampang dengan penggunaan bahasa Madura saat berkomunikasi dengan tetangga-kerabat didominasi oleh generasi milenial (98,96), disusul generasi X (98,93), babyboomer (98,90), generasi Z (98,69), pre boomer (98,04), dan post generasi Z (95,93).
Adapun persentase kemampuan penduduk Sampang berbahasa Indonesia didominasi oleh generasi Z (lahir 1997-2012) dengan angka 98,54; disusul generasi milenial (lahir 1981-1996) sebesar 97,76; generasi X (lahir 1965-1980) sebesar 81,32; post generasi Z (lahir 2013-dst) sebesar 62,30; baby boomer (lahir 1946-1964) sebesar 57,15; dan pre boomer (lahir 1945 dan sebelumnya) sebesar 37,87. (lum)