Implementasi Kurikulum Merdeka Tingkat SMA/ SMK di Sampang Masih di Bawah 50 Persen

MADURANEWS.CO, Sampang- Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur, masih dibawah 50 persen dari 164 sekolah yang ada di Kota Bahari tersebut.

Kepala Cabang Dinas (Cabdin) Pendidikan Provinsi Jatim Wilayah Sampang, Ali Afandi mengatakan, kalau pihaknya menargetkan tahun pelajaran 2023 – 2024 ini, SMA, SMK, dan Sekolah Luar Biasa (SLB) yang ada dibawah naungan pihaknya, sudah 100 persen mengimplementasikan Kurikulum Merdeka.

Lebih lanjut, Afandi menjelaskan bahwa IKM itu  ada 3 tipe, belajar, berubah, dan berbagi. Dan teman-teman guru  disekolah didorong untuk ikut mencapai IKM tipe mana yang ingin dicapai. Karena bagaimana pun menurut dia IKM itu muncul karena mengikuti perkembangan zaman.

“Dari 164 itu hanya 13 persen sekian yang melaksanakan IKM. Jadi implementasi IKM-nya baru 13 persen, ada sekitar 36 sekolah, dan untuk yang lainnya belum,” katanya kepada maduranews.

Kemudian Ia menambahkan, bahwa Kurikulum Merdeka itu Sebetulnya tidak ada perubahan yang signifikan dari kurikulum sebelumnya. Sehingga guru-guru yang ada tidak terlalu kesulitan beradaptasi dengan Kurikulum Merdeka tersebut.

Di IKM sendiri, menurut Afandi adanya fleksibilitas yang sangat luar biasa. Pertama, itu tergantung dari sekolah mengelolanya bagaimana. Yang Kedua, di IKM ini ada P5, yaitu Project, Penguatan, Profile, Pelajar, dan Pancasila. Yang didalamnya ada berbagai hal disitu, misalnya beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang maha esa, berkebhinnekaan, berbudaya gotong royong, dan lain-lain. Itu sekolah bisa mengemasnya dalam bentuk apa saja, yang itu bisa memberikan keluasan bagi sekolah dalam memilih guru untuk mengkriet menciptakan pembelajaran yang menyenangkan.

Dari beberapa tersebut diatas, Makanya di IKM ada muncul guru penggerak, ada platform merdeka belajar, ada akun yang disediakan kepada guru-guru itu akun id, yang itu semuanya diharapkan dapat menciptakan model proses pembelajaran yang menyenangkan yang akan berjalan.

Selain itu, Afandi Mengaku kalau pihaknya dan pengawas, terus berusaha mendorong sekolah untuk memahami itu. Dengan mendorong maka sekolah-sekolah yang sudah ada dan menjalankan kurikulum merdeka itu bisa menjadi tempat sharing atau bertanya. 

“Jadi gini, kita disini ada pengawas sekolah. Pengawas sekolah itu, mereka yang akan memberikan binaan kepada sekolah-sekolah yang menjadi binaannya. Mereka akan memberikan pemahaman tentang kurikulum merdeka. Yang ini nanti menentukan sekolah tersebut paham dengan kurikulum merdeka. Makanya fungsi dari pengawas sangat krusial,” pungkasnya. (san)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *