MADURANEWS.CO, Sampang- Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur, meminta Pemerintah Kabupaten (Pemkab) setempat agar segera membeli alat tes PCR (Polymerase Chain Reaction) sebagai pendeteksi material virus Corona atau Covid-19. Pasalnya, waktu antrian tes sampel swab di Surabaya cukup lama karena menangani berbagai daerah se-Jawa Timur.
Wakil Ketua Komisi I DPRD Sampang Ubaidillah mengatakan, lamanya hasil tes swab tersebut berakibat buruk pada pengambilan kebijakan di Kabupaten Sampang. Seperti tergantungnya status pasien PDP maupun pasien positif yang sudah diisolasi dan menunggu hasil tes swab terkhirnya apakah positif atau negataif.
Hingga saat ini, kata Ubed, ada dua kasus yang paling menonjol akibat lamanya hasil tes swab di Kabupaten Sampang. Pertama, kasus di Kecamatan Karang Penang di mana pemulasaran jenazah sudah terlanjur menerapkan SOP Covid-19 namun informasinya hasil swab-nya ternyata negatif. Kedua, kasus di Kecamatan Kota, jenazah sudah terlanjur dikuburkan tanpa melalui SOP Covid-19 dan di kemudian hari ternyata hasil swab-nya positif.
“Maka contoh kejadian tidak jelas dan kontroversi seperti ini bisa diatasi dengan pembelian alat tes PCR,” katanya, Rabu (3/5/2020).
Oleh karena itu, pihaknya menganggap pembelian alat tes untuk mendeteksi materi virus Corona tersebut sangat penting dan mendesak alias urgen.
“Sebaiknya pemerintah membeli alat PCR untuk memastikan diagnosa kepada pasien positif atau negatif, karena selama ini setiap PDP harus menunggu hingga 10 hari,” ucapnya menyarankan.
Akibat tidak siaganya alat tes sendiri, lanjut dia, pasien PDP yang meninggal sebelum hasil swab-nya keluar, selalu menimbulkan kegaduhan di masyarakat.
“Karena pasien (PDP) yang meninggal dunia sebelum hasil swab keluar kerap menimbulkan kontroversi dikalangan masyarakat,” timpalnya.
Menurutnya, Pemkab Sampang bisa menggunakan ketersediaan anggaran percepatan penanganan Covid-19 untuk mebeli alat tersebut, termasuk dari dana cadangan Rp 53 M. Dengan demikian diharapkan akan berdampak terhadap percepatan deteksi dini sebaran virus Corona di Kabupaten Sampang.
“Dengan langkah itu maka akan memberikan rasa aman dan tenang bagi masyarakat, terutama yang sedang menjalani proses karantina,” ujarnya.
Lebih jauh ia menjelaskan bahwa selama ini teka-teki hasil swab justru bisa berefek pada gangguan psikologis masyarakat dan terutama bagi pasien PDP maupun yang sudh hampir selesai menjalani proses karantina. Kondisi itu bisa mengganggu stabilitas imun pada pasien yang bersangkutan.
“Ada kemungkinan yang awalnya bukan karena covid bisa terjangkit covid akibat tekanan psikologis,” imbuhnya.
Jika kondisi tersebut dibiarkan berlarut-larut bukan tidak mungkin akan menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap Tim Satgas Covid-19 Pemkab Sampang.
“Jika dibiarkan berlarut-larut, masyarakat tidak akan percaya sama hasil diagnosa. Dan jika kita salah menerapkan kebijakan, justru bisa fatal kedepannya,” tegasnya.
Selain itu, pihaknya menilai bahwa sebagian masyarakat saat ini ada yang mulai meragukan atas tindakan medis dari paramedis di Kabupaten Sampang. Terutama masyarakat yang ingin memeriksa kesehatannya karena sakit yang dialami sejak sebelum adanya wabah Corona.
“Sekarang orang sakit, ada tidak mau ke rumah sakit, karena mereka takut divonis terjangkit Corona. Dan ini nyata di kalangan masyarakat arus bawah,” tuturnya.
Fenomena ini, kata dia, juga perlu segera diantisipasi dengan memperbaiki layanan prima dan alat kesehatan yang memadai.
“Dan jika keresahan masyarakat ini tidak dicarikan solusi, dapat membuat jatuhnya kepercayaan publik kepada dunia kesehatan, sehingga orang yang sakit bukan terjangkit Corona tidak mau dibawa ke rumah sakit karena takut divonis Corona didasari diagnosa sementara menurut hasil tes yang margin errornya tinggi,” ungkapnya.
Sebaliknya, masyarakat yang sakit tapi tidak menyadari kalau sakitnya karena Corona juga akan lebih berbahaya jika enggan dibawa ke rumah sakit. Ini bisa menegasikan usaha pemerintah yang selama ini bekerja keras untuk pencegahan penyebaran Covid-19. Makanya perlu dibangun kepercayaan terhadap dunia medis agar masyarakat tidak takut datang rumah sakit.
Dia mengaku miris dengan adanya tenaga medis yang harus melakukan tes swab mandiri. Makanya, pembelian alat tes PCR tidak hanya bermanfaat untuk para pasien, tapi juga untuk memastikan tim medis steril dari paparan Covid-19. Di mana intensitas interaksi paramedis dengan PDP cukup tinggi sehingga perlu dilindungi dengan adanya tes swab secara rutin.
“Kami mendapatkan informasi bahwa para tenaga medis ini melakukan swab mandiri. Jika info ini benar, sungguh miris di tengah kerja mereka yang berisiko tinggi,” tandasnya. (dul/lum)