MADURANEWS.CO, Sampang- Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur, mengalami tren penurunan dalam enam tahun terakhir. Itu berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sampang dari tahun 2017 hingga Oktober 2022.
Kabid Kesehatan Masyarakat Dinkes Kabupaten Sampang Agus Mulyadi mengatakan, faktor lingkungan sekitar menjadi salah satu penyebab kesehatan balita yang ada di Sampang. Sejauh ini, pihaknya mengaku terus berupaya untuk meningkatkan kesehatan bayi di kota bahari.
“Kalau bicara tentang bayi kita akan sampaikan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan bayi karena bayi ini memang salah satu indikator keberhasilan suatu daerah. Jadi, kami mencoba salah satu sasaran bayi ini untuk mencoba ditingkatkan kesehatannya, faktor-faktor di antaranya yang berpengaruh adalah lingkungan. Jadi yang paling besar pengaruhnya itu adalah perilaku lingkungan,” katanya.
Pihaknya juga mengaku sudah menjalin kerjasama dengan beberapa Organisasi Perangkat Daerah (OPD) untuk terus menekan angka kematian bayi dan menjaga lingkungan agar tetap layak untuk kesehatan balita.
“Jadi karena lingkungan ini banyak gitu ya, jadi semuanya kita intervensi, mulai dari lingkungan sosial, lingkungan fisik, biologi dan sebagainya. Untuk lingkungan fisik kami memang konsentrasi mencoba untuk meningkatkan sanitasi dan air bersih. Karena memang intervensi ini tidak bisa dilakukan sendiri jadi harus ada keterlibatan dan keterpaduan antar OPD. Makanya pak Bupati berharap bahwa OPD itu bersinergi antara Dinas Kesehatan, DPRKP, Lingkungan (DLH), PU dan sebagainya. Ini dalam rangka menyiapkan supaya kita menjaga kesehatan sasaran kita di antaranya adalah bayi,” jelasnya.
Dengan upaya sinergi tersebut, pihaknya berharap bisa membawa perubahan yang baik nantinya bagi kesehatan bayi khususnya, dan masyarakat Sampang pada umumnya. Menurut dia, usaha Dinkes untuk kesehatan bayi selama ini tidak hanya dilakukan pada bayinya saja, melainkan juga pada remaja yang sudah mau menjadi calon pengantin.
“Harapannya karena semua terpenuhi gitu ya, sudah mulai ada perbaikan. Ada perbaikan kesehatan, ada perbaikan lingkungan, ada perbaikan perilaku sehingga dapat meningkatkan kesehatan. Kalau berbicara bayi ya, iya kesehatan bayi, lah bayi ini tidak pada bayinya yang kita intervensi, jadi mulai dari remaja, ibu hamil, ibu bersalin baru nanti bayi,” jelasnya.
Dijelaskannya, bayi itu lahir dari proses panjang. Pendekatannya mulai dari hulu hingga hilir. Proses di hulu adalah remaja-calon pengantin.
“Jadi memang prosesnya panjang mulai pendekatannya dari hulu-hilir, hulunya siapa? Hulunya adalah remaja kemudian calon pengantin, ini hulunya. Jadi, remajanya kita kerjasama dengan Kemenag, kerjasama dengan Dinas Pendidikan gitu ya. Dalam rangka apa? Yang pertama adalah memberikan konseling kemudian yang kedua memberikan asupan supaya mereka itu berperilaku hidup sehat, gizi seimbang. Kemudian dibantu suplemen tablet-tablet yang disebut oleh kita LADUNI (Layanan Terpadu PraNikah). Jadi, sebelum menikah mereka itu dipastikan harus sehat, kemudian kita beri suplemen tablet tambah darah. Suplemen tambah darah ini kami kemas, kami kerjasama dengan salah satu pabrik, namanya Laduni,” ungkapnya.
Subkoordinator Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat Dinkes Kabupaten Sampang Siti Aisyah menambahkan, penyebab kematian bayi rata-rata karena gangguan pada pernafasan. Menurutnya, AKB di Kabupaten Sampang dalam beberapa tahun terakhir mengalami tren penurunan yang sangat bagus.
“Terbanyak itu karena asfiksia (gangguan nafas). Jadi, bayi lahir tidak nangis, banyakan penyebabnya itu asfiksia, gangguan nafas. Turun kalau tahun 2020 angka kematian totalnya 66 bayi, 2021 sebanyak 60 bayi, tahun 2022 sebanyak 38. Ini banyak penurunannya,” tuturnya.
Dibanding tiga tahun sebelumnya, AKB tersebut mengalami penurunan yang signifikan. Pada tahun 2017, AKB di Sampang sebanyak 137 bayi, 2018 sebanyak 115 bayi, dan 2019 sebanyak 98 bayi. (raf/lum)