MADURANEWS.CO, Sampang- Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (Dinsos PPPA) Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur, akan melakukan pendampingan terhadap siswa SMKN 1 Sampang yang mengalami pelecehan seksual. Itu untuk memastikan kesehatan mental siswa yang duduk di kelas XII itu.
Kepala Bidang PPPA Dinsos PPPA Sampang Masturah menceritakan, pihaknya baru tau dan mendengar kejadian yang memilukan dunia pendidikan Sampang itu pada 10 November lalu. Saat itu juga pihaknya mengaku langsung melakukan koordinasi dengan Cabang Dinas (Candin) Pendidikan Jawa Timur wilayah Sampang.
“Dari Cabdin tidak meminta kami untuk melakukan pendampingan. Karena kami kemarin itu baru kemarin, kami itu dari Dinsos PPPA baru turun karena informasi itu kami dapat pada tanggal 10 November, hari Kamis itu kami yang mendapat informasi dan kami koordinasi via telpon kepada Kacabdin-nya, beliau juga (bilang) ‘oow iya bu terimakasih sudah menghubungi kami’,” katanya kepada maduranews, Selasa (15/11/2022).
Setelah komunikasi lewat telepon tersebut, Dinsos PPPA kemudian datang langsung ke Kantor Cabdin Pendidikan Jawa Timur dan SMKN 1 Sampang.
“Karena komunikasi lewat telpon tidak enak jadi hari Jum’at hari pendek mas, karena kami ada kegiatan jadi saya itu janjian insya Allah hari Senin, seperti itu. Jadi, kami memang turun mulai kemarin (Senin, 14/11) ke SMKN 1, terus ke Cabdin,” tuturnya.
Menurutnya, koordinasi yang dilakukan pihaknya dengan Cabdin Pendidikan Jatim terkait pelecehan seksual itu merupakan inisiatif dari pihaknya, bukan dari Cabdin.
“Kami koordinasi terkait itu, kalau dari Cabdin belum buat surat kepada kami. Jadi kami yang koordinasi ke sana kemarin terkait dugaan kasus itu,” ujarnya.
Setelah kemarin mendengar dan menyerap informasi dari pihak SMKN 1 Sampang dan Cabdin Pendidikan Jatim, pihaknya akan segera memastikan kesehatan mental korban dengan melakukan pertemuan.
“Karena baru kemarin ya, jadi kemarin itu saya serap informasi dulu dari pihak sekolah, setelah itu dari Cabdin, seperti itu. Jadi langkahnya kami dengan tim ini terkait dengan (korban) anak bukan dengan pelakunya. Jadi kami insya Allah dalam waktu dekat ini akan melakukan pertemuan dengan anaknya, bagaimana kondisi anak,” ungkapnya.
Berdasarkan pengumpulan informasi dari pihak SMKN 1 Sampang, lanjut dia, korban pelecehan seksual itu sudah masuk sekolah dengan normal dan bergaul dengan siswa yang lain layaknya sebelum ada kejadian memilukam itu. Namun, pihaknya tidak puas begitu saja sebelum memastikan sendiri dengan bertemu korban.
“Informasi dari kepala sekolah itu kan anak sudah masuk sekolah, Alhamdulillah anaknya sudah main dengan teman-temannya normallah. Alhamdulillah itu harapan saya dari PPPA ini, anak itu dalam kondisi sehat tidak mengalami trauma. Tapi saya harus mendalami juga harus bertemu dengan anaknya,” ucapnya.
Sebelum masuk normal kembali ke sekolahnya, anak tersebut sempat mengalami trauma di awal-awal menjadi korban pelecehan seksual dari gurunya sendiri. Itu berdasarkan keterangan guru Bimbingan dan Konseling (BK) SMKN 1 Sampang terhadap pihak Dinsos PPPA.
“Anak itu pada waktu itu sudah mengalami trauma yang luar biasalah misalnya ya. Kemarin itu dari guru BK anak ini sudah enak, BK itu konsulat juga di sekolah kan, ya saya harus sharing juga apa yang harus dilakukan. Kami punya rencana melakukan pendampingan terhadap anak itu untuk memastikan anak itu sehat atau tidak. Baik itu secara fisik maupun nonfisik, mengalami trauma atau tidak. Semoga anak ini semakin membaik, traumanya bisa hilang. Tapi itu kan perlu waktu, kami kan punya tim tenaga ahli juga psikologi, jadi nanti kami juga akan melakukan terapi,” tukasnya. (raf/lum)