Volume Sampah 20 Ton Perhari, Hanya 6 Kecamatan di Sampang yang Punya Tempat Pengelolaan Sampah Recycle 

MADURANEWS.CO, Sampang- Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur, belum mempunyai tempat pembuangan dan pengelolaan sampah recycle atau daur ulang yang merata di 14 kecamatan yang ada. Hingga saat ini Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sampang hanya mampuenjangkau 6 kecamatan untuk penyediaan Tempat Pengolahan Sampah Reduce Reuse Recycle (TPS3R).

Kepala Bidang (Kabid) Kebersihan dan Persampahan DLH Kabupaten Sampang Aulia Arif mengatakan bahwa telah ada 13 TPS3R yang tersebar di 6 kecamatan di Kabupaten Sampang. Dan lebih dari separuhnya berada di Kecamatan Sampang Kota yang tersebar di tiap kelurahan.

“Kalau total seluruh Kabupaten Sampang itu kurang lebih ada 13 TPS3R di Kabupaten Sampang. Cuman yang di daerah kota ini masing-masing kelurahan itu ada 1 TPS3R,” katanya.

Dia menjelaskan 2 dari 13 TPS3R itu dibangun menggunakan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN). Selebihnya menggunakan dana APBD Kabupaten Sampang.

“Ada beberapa kecamatan yang sudah ada tapi banyak yang belum ada perkecamatan. Jadi yang ada itu di Kecamatan Sreseh, Camplong, Banyuates, Ketapang sama Pangarengan. Nah cuma pembangunan TPS3R ini di Kecamatan Sreseh sama Camplong itu bukan milik kami, tapi itu langsung dari APBN, langsung dari Kementerian. Selain itu TPS3R sisanya itu baru dibangun oleh APBD,” ujarnya.

Menurutnya, tren sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Gunung Maddah mengalami kenaikan sebesar 2 ton setiap harinya dari sebelumnya yang hanya 18 ton sekarang menjadi 20 ton perhari. Itu terjadi setelah ada perluasan atau pelebaran pelayanan dari DLH Sampang.

“Kan kita lihat sampah yang masuk itu 20 ton. Nah tren sampah di tahun sebelumnya itu berapa, saya lihat kemarin juga tren sampah di tahun sebelumnya itu ada sekitar 18 ton yang masuk ke TPA. Artinya ada penambahan 2 ton tahun ini. Namun area pelayanan kami diperlebar,” ungkapnya.

Setiap 1 TPS3R perharinya, lanjut dia, menerima kiriman sampah warga seberat 200 kg dan yang mampu direduksi hanya 70 persennya. Sedangkan 30 persennya adalah sampah residu atau yang tidak dapat dikelola seperti plastik, ranting-ranting dan pempes yang harus diangkut untuk dibuang ke TPA.

“Nah saya tidak bisa mengkalkulasi penambahan timbunan sampah ketika area itu diperlebar dengan yang direduksi oleh TPS3R. Cuma saya nilai bahwa sampah yang masuk ke TPS3R, mereka kan tiap hari masuk nih sampah ke TPS3R kurang lebih itu 200 Kg yang masuk ke sana perhari 1 TPS3R. Sampah yang direduksi itu kurang lebih 70 persen dari 200 Kg, sisanya itu masih berupa sesuatu yang memang tidak bisa direduksi lagi artinya residu. Residu itu kayak tidak bisa dijual lagi kayak keresek, terus pempes, ranting-ranting yang tidak bisa dikomposkan itu tetap diangkut ke TPA,” tukasnya. (raf/lum)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *